Monday, November 14, 2011

Sisi Ketiga Uang Logam




Logistik: Sisi Ketiga Uang Logam
Monday, 14 November 2011
Di hari pahlawan 10 November lalu, sewaktu kami sedang makan siang, ada seorang teman memberikan teka teki kepada saya dengan pertanyaan sederhana, yaitu “Ada berapa sisi pada sebuah uang logam 500 rupiah?”.

Saya pun bergegas menjawab bahwa ada dua sisi. Menurut teman saya, jawaban yang tepat adalah tiga sisi, yaitu sisi bergambar bunga Melati,sisi bergambar burung Garuda, dan sisi ketiga yang bergerigi di antaranya. Saya pun terperanjat dengan pernyataan teman saya itu karena memang benar adanya.Ada sisi ketiga pada uang logam yang tidak terlalu terlihat jika kita tidak memperhatikan dengan seksama.

Teman saya pun melanjutkan penjelasannya bahwa berusahalah melihat segala sesuatu dengan lengkap di setiap sisinya. Selalu lihat,dengar dan rasakan. Sisi bunga Melati dan sisi burung Garuda itu melambangkan pandangan Anda dan saya sebagai sisi pandangan berseberangan sedangkan sisi ketiga melambangkan pandangan kita yang menyatukan serta merekatkan kedua pandangan yang telah ada, demikian penjelasan teman saya lebih lanjut seraya meneruskan makan siangnya.

Pembicaraan pun berlanjut mengenai kabar gembira dengan dikeluarkannya gelar pahlawan nasional kepada tujuh anak bangsa yang telah berbuat suatu yang terbaik bagi bangsa ini. Saya sangat bergembira hati mendengar berita tersebut karena memang sudah seharusnya. Tidak ada yang perlu diragukan lagi bahwa Negara Indonesia ini pun bisa berdiri karena banyak jasa para pahlawan baik yang dikenal maupun tidak dikenal.

Hal ini bisa terjadi karena jika diibaratkan sebagai manusia,maka Indonesia adalah seorang gadis cantik yang menjadi pujaan dan rebutan banyak orang, baik dengan cara yang wajar dan tidak wajar.Secara kasatmata, kecantikan memang mempunyai anugerah dan kutukan sekaligus. Lokasi,lokasi,dan lokasi.Indonesia sebagai suatu bangsa maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia mempunyai 17.506 pulau (setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan) memang mempunyai anugerah dan kutukan tersendiri.

Mulai dari posisi yang sangat strategis diapit dua benua,setiap hari dilintasi 30% traffic perdagangan laut, lahannya yang kaya raya,penduduk yang ramah,lautan yang menyimpan potensi hasil laut (masih dikatakan potensi karena belum maksimal digunakan), seni budaya tinggi serta pemandangan alam yang tiada tandingan sudah merupakan “santapan” sehari-sehari sehingga kita pun menjadi terbiasa dengan hal yang sudah disebutkan.

Ternyata di sisi lain,ada “kutukan” yang harus kita tanggung yaitu masalah idpoleksosbudhankam yang masih ada.Mulai dari ancaman disintegrasi, kualitas SDM, merajalelanya produk impor, infrastruktur, ekonomi biaya tinggi. Sekiranya boleh dapat digambarkan dalam satu kalimat sederhana yaitu distribusi kesejahteraan yang belum merata.

Segala macam usaha dan cara telah ditempuh untuk membantu mencari solusi pemecahan permasalahan kutukan di atas,mulai dari jargon,slogan, simposium, raker, seminar, debat, dialog sampai tobat bersama. Tanpa bermaksud mengesampingkan segala macam usaha yang telah ditempuh, izinkanlah saya mengemukakan sisi ketiga yang selama ini belum dikedepankan bahkan terlihat masih dikesampingkan, yaitu pendekatan logistik sebagai salah satu cara pandang, solusi, alat pencapai kesejahteraan dan perekat integrasi bangsa ini.

Respons normal yang akan terucap serta terlontar adalah apakah sebenarnya logistik itu dalam bahasa sederhana yaitu “Logistik apaansih?”dan hal tersebut sangatlah wajar mengingat masih minimnya pemahaman yang benar dari bangsa ini akan logistik. Kata “logistik” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang dapat diartikan sebagai sesuatu pikiran yang logis.

Sementara, Oxford English Dictionary mendefinisikan“logistik”sebagai“the branch of military science relating to procuring, maintaining and transporting material, personnel and facilities”. Tidaklah mengherankan jika penerapan awal logistik dilakukan di bidang militer bahkan di jaman Romawi. Kalau memang ilmu logistik sudah begitu tua, mengapa banyak orang Indonesia yang masih belum terbiasa?

Definisi logistik sebagai bagian dari supply chain dalam bahasa yang sederhana, yaitu bagaimana caranya memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan cara yang paling efektif dan efisien, tanpa mengurangi kualitas sesuai keinginan pelanggan. Logistik inilah yang bertanggung jawab menurunkan cost sehingga suatu produk dapat dijual dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Dapatlah dikatakan bahwa tulang punggung logistik adalah transportasi sedangkan tulang punggung transportasi adalah infrastruktur. Dengar dan rasakan serta bayangkanlah jika harga sebuah produk sama, terjangkau, stoknya selalu tersedia dengan kualitas yang sama dari Sabang sampai Merauke. Bukankah hal tersebut sesuai dengan keinginan pelanggan? Kenyataan yang ada tidaklah demikian.

Dengan proses distribusi yang tidak merata, saudara-saudara kita di Indonesia bagian Timur harus memikul beban harga yang lebih tinggi akibat distribution costyang akan dibebankan. Bayangkan jika lautan kita yang luas kita perlakukan sebagai penyatu dan bukan pemisah sehingga moda pengangkutan laut menjadi sangat mumpuni sebagai pengangkut arus lalu lintas barang, jasa dan manusia.

Jika moda pengangkutan khususnya moda laut sudah sedemikian masif,baik dari segi kualitas dan kuantitas, maka bukan hanya distribusi barang saja yang merata, melainkan juga distribusi penduduk sehingga tidak terkonsentrasi khususnya di Pulau Jawa saja, sehingga distribusi pembangunan juga semakin merata yang berujung kepada distribusi kesejahteraan.

Sehingga, cukuplah dengan perdagangan domestik sesama kita bisa menjadi tulang punggung ekonomi dalam contoh nyata buah-buahan lokal yang menjadi raja di negara ini,bukan buah impor. Bukankah distribusi kesejahteraan merupakan salah satu syarat tidak terjadinya disintegrasi bangsa ini? Locally integrated and globally connected seharusnya.

Bayangkanlah jika penggunaan ilmu logistik kita sudah maju, sehingga kita tidak perlu naik gaji tiap tahun karena justru harga produk-produklah yang turun sehingga daya beli kita semakin kuat meski tidak naik gaji. Harga kebutuhan pokok,uang sekolah,tarif tol turun setiap tahun sampai ke titik yang tidak merugikan merupakan salah satu impian yang harus diperjuangkan.

Sehingga kita tidak perlu putar otak terlalu keras untuk mencari uang dalam rangka mencukupi kebutuhan sampai melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti korupsi, misalnya. Kenyataan yang ada saat ini peringkat Logistics Performance Index (LPI) 2010 berdasarkan survei Bank Dunia menempatkan Indonesia di urutan 75 dari 183 negara.

Padahal, hasil survei LPI 2007 sebelumnya malah menempatkan Indonesia di urutan ke-43 yang artinya turun peringkatnya secara drastis. Tidaklah mengherankan jika terjadi gejolak ketidakpuasan rakyat akan distribusi kesejahteraan yang sebenarnya bisa dicapai dengan pengoptimalkan logistik sebagai salah satu bagian solusi restorasi nasional.

Sudah saatnya kita menempatkan logistik sebagai prioritas di atas prioritas atas nama keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apakah satria piningit yang dinantikan itu adalah seorang pahlawan logistik nasional?  R DIDIET RACHMAT HIDAYAT Pemerhati Logistik dan Pengurus Asosiasi Logistik Indonesia
  



Tulisan ini juga dimuat di Koran Seputar Indonesia edisi cetak hari Senin, 14 November 2011 dalam kolom Periskop Prospek Industri Logistik.

No comments:

Post a Comment