Tuesday, February 2, 2016

Halal Supply Chain Masih Sebatas Awareness di Indonesia


Meskipun Indonesia merupakan negara dengan potensi pasar halal tertinggi di dunia, lantaran memiliki persentase umat muslim sekitar 12,5 persen dari populasi di seluruh dunia, namun belum banyak industri di Tanah Air yang melirik kans bisnis dengan standardisasi halal ini.

Bukan hanya makanan, konsumen di dunia saat ini menginginkan kosmetik hingga produk farmasi yang sudah bersertifikat halal. Berdasarkan survei yang dilakukan Thomson Reuters di tahun 2015, permintaan terhadap tiga kategori produk tadi (makanan, kosmetik, farmasi) terbilang sangat tinggi. Bahkan diprediksi pada 2019 nanti pasar makanan halal akan bernilai US$ 2,537 miliar, pasar kosmetik halal menjadi US$ 73 miliar, serta kebutuhan farmasi halal sebesar US$ 103 miliar.

Menurut Didiet Rachmat Hidayat, Peneliti Transportasi dan Logistik dari Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti, kebutuhan konsumen internasional saat ini sudah bergeser pada segala produk yang dianggap halal termasuk aspek logistik halal (Halal Supply Chain) di dalamnya.

“Di Belanda saja mereka sudah menerapkan cara pemotongan ayam dengan sistem halal termasuk pengepakannya. Mereka sudah melakukan riset secara ilmiah, bahwa konsumen di luar Belanda yang sangat menyukai ayam mayoritas muslim. Berdasarkan hasil riset itulah, ayam potong di Belanda dipotong dengan cara yang halal agar dapat diekspor ke negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim pakai sistem halal supply chain,” papar Didiet kepada TruckMagz di kantornya, Selasa (2/Feb).

Permasalahan di Indonesia dengan potensi pasar halal ini, lanjut Didiet, saat ini masih terbentur pada wacana saja. “Kita masih sebatas awareness belum berani action, padahal di negara non-muslim sendiri pun sudah menerapkan halal supply chain ini, karena buat saya semua bisnis itu agama-nya sama,” cetus Didiet.

Kondisi ini jika tidak disikapi dengan bijak tentunya akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai penonton di negerinya sendiri, terlebih dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2016 ini, yang bukan hanya pengusaha muslim saja namun sudah diramaikan oleh masyarakat internasional yang beragama non-muslim.

Sebelumnya, Dr Marco Tieman, CEO dari LBB Internasional yang bergerak di bidang konsultan dan peneliti logistik dan riset perusahaan yang fokus pada rantai pasokan (supply chain) pangan dan pertanian, logistik industri dan third party logistics, menegaskan bahwa industry halal ini tidak hanya menyangkut kandungan produk atau bahan makanannya saja, namun terkait juga dengan sistem rantai pasok (supply chain) halal.

Tieman mengatakan bahwa proses pengawasan halal harus terintegrasi dari hulu ke hilir. Mencakup produknya itu sendiri, pengolahan, distribusi logistik ke konsumen akhir, termasuk dalam hal penyimpanan (storage) serta distribusi logistik yang harus memenuhi aspek halal.


Teks  dan Foto : Antonius S