Wednesday, November 2, 2011

ISCL 2011: Sebuah Penantian Panjang Untuk Indonesia


Hari ini, Rabu tanggal 2 November 2011, perhelatan tahunan yang diberi nama "The 6th Indonesia Supply Chain and Logistics - Conference and Expo (ISCL) 2011" kembali digelar oleh ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarders Indonesia) bekerja sama dengan ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) di JCC Jakarta.

Acara tahunan yang sedianya akan berlangsung dari tanggal 2 sampai 4 November 2011 mengambil tema "The New Era of Indonesia Logistics - Center of South East Asia memang seakan menyadarkan Indonesia akan ketergantungannya terhadap Singapura dalam hal Hub Port alias pelabuhan pengumpul, baik untuk angkutan kargo laut berupa container maupun angkutan kargo udara.  

Betapa tidak, negara Singapura yang notabene hanya noktah kecil di atas peta dunia ternyata menjadi tempat bergantungnya negara ini dalam trafik ekspor dan impor dari dan ke Indonesia menuju negara pembeli atau penjual.

Business certainty, lead time yang sudah teratur dengan sistim yang sudah efektif serta efisien memang nyata telah menempatkan Singapura di atas rata-rata.  Bahkan survey World Bank berupa Logistics Performance Index (LPI) edisi 2010 telah menempatkannya di posisi 2 dari 155 negara sedunia, sementara Indonesia dengan tenang berada di posisi 75.  Sekedar catatan untuk kita bahwa Indonesia dahulu menduduki urutan ke 45 dalam hal LPI edisi 2007.

Tanpa terasa, sudah 200 tahun negara ini telah bergantung kepada Singapura untuk urusan Logistik.  Meninggalkan Indonesia jauh dibelakang dengan segala permasalahan high cost economy yang ada sehingga menjadikan negara ini kalah bersaing di era pintu gerbang globalisasi ASEAN maupun dunia.

Dengan melihat kenyataan bahwa ternyata Malaysia telah berkolaborasi dengan Singapura untuk urusan Hub Port, yang memang ternyata menguasai hajat hidup orang banyak, apakah sesederhana itukah masalahnya?

Sekarang apakah jawaban dari permasalahan yang ada diatas.  Dapatlah dengan sederhana kita simpulkan jawabannya adalah paradigma Indonesia melihat, mendengar, merasa serta memperlakukan Logistik dan Supply Chain.

Cara pandang seperti yang ada sekarang memang masih memperlakukan Logistik dan juga Supply Chain sebagai sesuatu yang asing bahkan mungkin sebagai hal yang tidak penting atau terakhir untuk diperhitungkan.

Padahal, jika diperlakukan dengan semestinya, Logistik dan Supply Chain dapat menjadi alat bantu, bahkan sebagai “way of life” secara efektif, efisien serta mengedepankan kolaborasi dan networking cooperation.

Haruskah kita menanti 200 tahun lagi untuk sadar bahwa jawabannya ada di Logistik dan Supply Chain?

Salam Logistik dan Supply Chain,
R. Didiet Rachmat Hidayat, A.Md, SE, M.Si
Logistics Expert

e-mail/YM/FB/Twitter/Skype: didiet.hidayat@yahoo.com



No comments:

Post a Comment