Thursday, November 17, 2011

ISCL 2011: Logistik, Dunia (Yang Seharusnya) Gemerlap

Hingar bingar The 6th Indonesia Supply Chain and Logistics - Expo and Conference (ISCL) 2011 yang dengan sukses telah diadakan oleh ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) dan ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) pada tanggal 2-4 November 2011 di JCC hasil kerja sama dengan Debindo selaku event organizer dengan mengusung tema "The New Era of Indonesia Logistics: Centre of South East Asia" memang telah usai.

Berbagai informasi, konfirmasi, afirmasi, diskusi, wacana, doa serta harapan telah banyak dilihat, didengar serta  dirasakan dengan berujung kepada satu hal, yaitu kesejahteraan Logistik bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, ada satu hal yang menarik pada saat pelaksanaan ISCL 2011 ternyata berbarengan dan bersebelahan dengan pameran komputer di JCC.  Pada saat itulah, bagi yang datang, dapat menyaksikan 2 buah dunia berdampingan, yaitu dunia gemerlap (baca: dugem) dan dunia yang seharusnya gemerlap (baca: duyasehargem).

Di dugem, meskipun harus merogoh kocek untuk dapat melihat expo, dibanjiri ruah oleh para peserta, sementara di duyasehargem, meskipun free untuk expo nya, dibanjiri sedikit ruah dengan berbagai macam celotoh yang dapat disimpulkan dengan kalimat sederhana, yaitu "Logistik itu apaan, sih?" ...

OK-lah untuk para pelaku Logistik sudah mengerti bahwa fungsi Logistik adalah penurun cost, sehingga harga jual suatu produk dapat terjangkau oleh para pembeli tanpa mengurangi kualitasnya.  Gemah ripah loh jinawi dst ... adalah tujuan akhir Logistik bagi kita semau.  Tapi, apakah para penduduk "dugem" sudah mengerti akan hal tersebut?

Saya tidak akan bercerita mengenai teori normatif dan empiris dari Logistik karena hanya akan membosankan bagi yang sudah mengerti dan akan membingungkan bagi yang belum mengerti.  Hanya, ijinkanlah saya mengatakan suatu hal bahwa jika ternyata sampai hari ini masih ada orang luar negeri yang tidak tahu di mana letak Indonesia, maka yang seharusnya bekerja lebih keras dan cerdas lagi adalah orang Indonesia agar hal tersebut tidak terjadi.

Demikianlah jugalah bagi orang Logistik, jika ternyata masih ada orang non Logistik yang masih belum tahu mengenai fungsi Logistik, maka yang seharusnya bekerja lebih keras dan cerdas lagi adalah orang Logistik itu sendiri agar hal tersebut tidak terjadi.  Jika mau, bisa menggunakan pilar ke 5 Demokrasi, yaitu Social Media.

ISCL 2011 telah sukses memainkan perannya dalam usaha  'menyadarkan' akan pentingnya Logistik (dan Supply Chain) sehingga bibit-bibit yang telah bertahun-tahun ditanam mulai menampakan hasilnya satu persatu bagi negeri ini.

Bagaimana dengan anda?

Salam Logistik dan Supply Chain,
R. Didiet Rachmat Hidayat, A.Md, SE, M.Si
ISCL 2011 Committee


-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Dibawah ini adalah e-mail dari panitia sebagai memorilibia:


Rekan-rekan,

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) and Asosiasi Logistik dan Forwarder

Indonesia (ALFI) proudly present the 6th Indonesia Supply Chain and
Logistics Conference

“The Core of Any Business is Supply Chain”

How can your business benefit most from current and future trend in supply
chain management? Be ready for new challenges and opportunities as getting
lagged in business is not your option! Share the secrets behind successful
companies in managing the complexities of freight deliveries, warehousing,
and logistics through to customs handling.

Join the Indonesia Supply Chain Conference 2011 to Share the Logistics
Industry Outlook :
“The New Era of Indonesia Logistics: Center of South East Asia”
Assembly Hall – Jakarta Convention Center

SCHEDULE
Wednesday – Thursday, 02 – 03 November 2011 09.00 – 17.00 WIB

Keynote Speech:
M. Hatta Rajasa, Minister Economics Coordinator of the Republic Indonesia*

TOPICS & SPEAKER
DAY 1
“Challenge & Opportunity of Indonesia to be Center of South East Asia” -
Prof. Dr. Dorojatun Kuntjoro Jakti

“Maritime Based Logistics as a Backbone of Indonesia’s Logistics” -
1. Prof. Senator Nur Bahagia, CLoCS ITB
2. Suyono, WK Bidang Angkutan Kontainer DPP INSA

DAY 2
Process Optimization through Lean Management - Prof. T. Yuri M.
Zagloel, Universitas Indonesia

Future of Logistics Business in Indonesia – Barrie Akbar, APLL Regional
Office Singapore*

Demand Forecasting Strategies – Prof. I Nyoman Pujawan, Ph.D, CSCP., ITS
Surabaya

Collaborative Inventory Planning – Soerjo Winarto, Johnson & Johnson
Indonesia

Supply Chain Collaboration between Manufacturer & Retailer: Driving the
Business through Supply Chain as trusted Retailer's Partner - Bayu
Soedjarwo, L'Oreal Indonesia

Indonesia Logistics Industry Outlook: Indonesia 2012 and beyond – Gopal R,
Frost & Sullivan

INVESTASI:
Rp. 1.750.000,- per peserta

Harga Khusus Mahasiswa dan Dosen Rp 500.000,- per peserta (membawa tanda
bukti Mahasiswa dan Dosen)

INFORMASI DAN REGISTRASI
ALI Secretariat
Ph. 021 – 386 3936 / 9278 7097 / 0812 8877 1150
Email. secretariat@ali.web.id, adminstaff.ali@gmail.com

Monday, November 14, 2011

Sisi Ketiga Uang Logam




Logistik: Sisi Ketiga Uang Logam
Monday, 14 November 2011
Di hari pahlawan 10 November lalu, sewaktu kami sedang makan siang, ada seorang teman memberikan teka teki kepada saya dengan pertanyaan sederhana, yaitu “Ada berapa sisi pada sebuah uang logam 500 rupiah?”.

Saya pun bergegas menjawab bahwa ada dua sisi. Menurut teman saya, jawaban yang tepat adalah tiga sisi, yaitu sisi bergambar bunga Melati,sisi bergambar burung Garuda, dan sisi ketiga yang bergerigi di antaranya. Saya pun terperanjat dengan pernyataan teman saya itu karena memang benar adanya.Ada sisi ketiga pada uang logam yang tidak terlalu terlihat jika kita tidak memperhatikan dengan seksama.

Teman saya pun melanjutkan penjelasannya bahwa berusahalah melihat segala sesuatu dengan lengkap di setiap sisinya. Selalu lihat,dengar dan rasakan. Sisi bunga Melati dan sisi burung Garuda itu melambangkan pandangan Anda dan saya sebagai sisi pandangan berseberangan sedangkan sisi ketiga melambangkan pandangan kita yang menyatukan serta merekatkan kedua pandangan yang telah ada, demikian penjelasan teman saya lebih lanjut seraya meneruskan makan siangnya.

Pembicaraan pun berlanjut mengenai kabar gembira dengan dikeluarkannya gelar pahlawan nasional kepada tujuh anak bangsa yang telah berbuat suatu yang terbaik bagi bangsa ini. Saya sangat bergembira hati mendengar berita tersebut karena memang sudah seharusnya. Tidak ada yang perlu diragukan lagi bahwa Negara Indonesia ini pun bisa berdiri karena banyak jasa para pahlawan baik yang dikenal maupun tidak dikenal.

Hal ini bisa terjadi karena jika diibaratkan sebagai manusia,maka Indonesia adalah seorang gadis cantik yang menjadi pujaan dan rebutan banyak orang, baik dengan cara yang wajar dan tidak wajar.Secara kasatmata, kecantikan memang mempunyai anugerah dan kutukan sekaligus. Lokasi,lokasi,dan lokasi.Indonesia sebagai suatu bangsa maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia mempunyai 17.506 pulau (setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan) memang mempunyai anugerah dan kutukan tersendiri.

Mulai dari posisi yang sangat strategis diapit dua benua,setiap hari dilintasi 30% traffic perdagangan laut, lahannya yang kaya raya,penduduk yang ramah,lautan yang menyimpan potensi hasil laut (masih dikatakan potensi karena belum maksimal digunakan), seni budaya tinggi serta pemandangan alam yang tiada tandingan sudah merupakan “santapan” sehari-sehari sehingga kita pun menjadi terbiasa dengan hal yang sudah disebutkan.

Ternyata di sisi lain,ada “kutukan” yang harus kita tanggung yaitu masalah idpoleksosbudhankam yang masih ada.Mulai dari ancaman disintegrasi, kualitas SDM, merajalelanya produk impor, infrastruktur, ekonomi biaya tinggi. Sekiranya boleh dapat digambarkan dalam satu kalimat sederhana yaitu distribusi kesejahteraan yang belum merata.

Segala macam usaha dan cara telah ditempuh untuk membantu mencari solusi pemecahan permasalahan kutukan di atas,mulai dari jargon,slogan, simposium, raker, seminar, debat, dialog sampai tobat bersama. Tanpa bermaksud mengesampingkan segala macam usaha yang telah ditempuh, izinkanlah saya mengemukakan sisi ketiga yang selama ini belum dikedepankan bahkan terlihat masih dikesampingkan, yaitu pendekatan logistik sebagai salah satu cara pandang, solusi, alat pencapai kesejahteraan dan perekat integrasi bangsa ini.

Respons normal yang akan terucap serta terlontar adalah apakah sebenarnya logistik itu dalam bahasa sederhana yaitu “Logistik apaansih?”dan hal tersebut sangatlah wajar mengingat masih minimnya pemahaman yang benar dari bangsa ini akan logistik. Kata “logistik” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang dapat diartikan sebagai sesuatu pikiran yang logis.

Sementara, Oxford English Dictionary mendefinisikan“logistik”sebagai“the branch of military science relating to procuring, maintaining and transporting material, personnel and facilities”. Tidaklah mengherankan jika penerapan awal logistik dilakukan di bidang militer bahkan di jaman Romawi. Kalau memang ilmu logistik sudah begitu tua, mengapa banyak orang Indonesia yang masih belum terbiasa?

Definisi logistik sebagai bagian dari supply chain dalam bahasa yang sederhana, yaitu bagaimana caranya memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan cara yang paling efektif dan efisien, tanpa mengurangi kualitas sesuai keinginan pelanggan. Logistik inilah yang bertanggung jawab menurunkan cost sehingga suatu produk dapat dijual dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Dapatlah dikatakan bahwa tulang punggung logistik adalah transportasi sedangkan tulang punggung transportasi adalah infrastruktur. Dengar dan rasakan serta bayangkanlah jika harga sebuah produk sama, terjangkau, stoknya selalu tersedia dengan kualitas yang sama dari Sabang sampai Merauke. Bukankah hal tersebut sesuai dengan keinginan pelanggan? Kenyataan yang ada tidaklah demikian.

Dengan proses distribusi yang tidak merata, saudara-saudara kita di Indonesia bagian Timur harus memikul beban harga yang lebih tinggi akibat distribution costyang akan dibebankan. Bayangkan jika lautan kita yang luas kita perlakukan sebagai penyatu dan bukan pemisah sehingga moda pengangkutan laut menjadi sangat mumpuni sebagai pengangkut arus lalu lintas barang, jasa dan manusia.

Jika moda pengangkutan khususnya moda laut sudah sedemikian masif,baik dari segi kualitas dan kuantitas, maka bukan hanya distribusi barang saja yang merata, melainkan juga distribusi penduduk sehingga tidak terkonsentrasi khususnya di Pulau Jawa saja, sehingga distribusi pembangunan juga semakin merata yang berujung kepada distribusi kesejahteraan.

Sehingga, cukuplah dengan perdagangan domestik sesama kita bisa menjadi tulang punggung ekonomi dalam contoh nyata buah-buahan lokal yang menjadi raja di negara ini,bukan buah impor. Bukankah distribusi kesejahteraan merupakan salah satu syarat tidak terjadinya disintegrasi bangsa ini? Locally integrated and globally connected seharusnya.

Bayangkanlah jika penggunaan ilmu logistik kita sudah maju, sehingga kita tidak perlu naik gaji tiap tahun karena justru harga produk-produklah yang turun sehingga daya beli kita semakin kuat meski tidak naik gaji. Harga kebutuhan pokok,uang sekolah,tarif tol turun setiap tahun sampai ke titik yang tidak merugikan merupakan salah satu impian yang harus diperjuangkan.

Sehingga kita tidak perlu putar otak terlalu keras untuk mencari uang dalam rangka mencukupi kebutuhan sampai melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti korupsi, misalnya. Kenyataan yang ada saat ini peringkat Logistics Performance Index (LPI) 2010 berdasarkan survei Bank Dunia menempatkan Indonesia di urutan 75 dari 183 negara.

Padahal, hasil survei LPI 2007 sebelumnya malah menempatkan Indonesia di urutan ke-43 yang artinya turun peringkatnya secara drastis. Tidaklah mengherankan jika terjadi gejolak ketidakpuasan rakyat akan distribusi kesejahteraan yang sebenarnya bisa dicapai dengan pengoptimalkan logistik sebagai salah satu bagian solusi restorasi nasional.

Sudah saatnya kita menempatkan logistik sebagai prioritas di atas prioritas atas nama keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apakah satria piningit yang dinantikan itu adalah seorang pahlawan logistik nasional?  R DIDIET RACHMAT HIDAYAT Pemerhati Logistik dan Pengurus Asosiasi Logistik Indonesia
  



Tulisan ini juga dimuat di Koran Seputar Indonesia edisi cetak hari Senin, 14 November 2011 dalam kolom Periskop Prospek Industri Logistik.

Wednesday, November 2, 2011

ISCL 2011: Sebuah Penantian Panjang Untuk Indonesia


Hari ini, Rabu tanggal 2 November 2011, perhelatan tahunan yang diberi nama "The 6th Indonesia Supply Chain and Logistics - Conference and Expo (ISCL) 2011" kembali digelar oleh ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarders Indonesia) bekerja sama dengan ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) di JCC Jakarta.

Acara tahunan yang sedianya akan berlangsung dari tanggal 2 sampai 4 November 2011 mengambil tema "The New Era of Indonesia Logistics - Center of South East Asia memang seakan menyadarkan Indonesia akan ketergantungannya terhadap Singapura dalam hal Hub Port alias pelabuhan pengumpul, baik untuk angkutan kargo laut berupa container maupun angkutan kargo udara.  

Betapa tidak, negara Singapura yang notabene hanya noktah kecil di atas peta dunia ternyata menjadi tempat bergantungnya negara ini dalam trafik ekspor dan impor dari dan ke Indonesia menuju negara pembeli atau penjual.

Business certainty, lead time yang sudah teratur dengan sistim yang sudah efektif serta efisien memang nyata telah menempatkan Singapura di atas rata-rata.  Bahkan survey World Bank berupa Logistics Performance Index (LPI) edisi 2010 telah menempatkannya di posisi 2 dari 155 negara sedunia, sementara Indonesia dengan tenang berada di posisi 75.  Sekedar catatan untuk kita bahwa Indonesia dahulu menduduki urutan ke 45 dalam hal LPI edisi 2007.

Tanpa terasa, sudah 200 tahun negara ini telah bergantung kepada Singapura untuk urusan Logistik.  Meninggalkan Indonesia jauh dibelakang dengan segala permasalahan high cost economy yang ada sehingga menjadikan negara ini kalah bersaing di era pintu gerbang globalisasi ASEAN maupun dunia.

Dengan melihat kenyataan bahwa ternyata Malaysia telah berkolaborasi dengan Singapura untuk urusan Hub Port, yang memang ternyata menguasai hajat hidup orang banyak, apakah sesederhana itukah masalahnya?

Sekarang apakah jawaban dari permasalahan yang ada diatas.  Dapatlah dengan sederhana kita simpulkan jawabannya adalah paradigma Indonesia melihat, mendengar, merasa serta memperlakukan Logistik dan Supply Chain.

Cara pandang seperti yang ada sekarang memang masih memperlakukan Logistik dan juga Supply Chain sebagai sesuatu yang asing bahkan mungkin sebagai hal yang tidak penting atau terakhir untuk diperhitungkan.

Padahal, jika diperlakukan dengan semestinya, Logistik dan Supply Chain dapat menjadi alat bantu, bahkan sebagai “way of life” secara efektif, efisien serta mengedepankan kolaborasi dan networking cooperation.

Haruskah kita menanti 200 tahun lagi untuk sadar bahwa jawabannya ada di Logistik dan Supply Chain?

Salam Logistik dan Supply Chain,
R. Didiet Rachmat Hidayat, A.Md, SE, M.Si
Logistics Expert

e-mail/YM/FB/Twitter/Skype: didiet.hidayat@yahoo.com