Wednesday, March 28, 2012

Mau maju? Belajarlah dari 7 Icons ...



P-L-A-Y-B-O-Y-B-O-Y ...
P-L-A-Y-B-O-Y-B-O-Y ...

Demikianlah celoteh girlband yang sedang happening saat ini, yaitu 7 Icons yang terdiri dari 7 orang gadis muda bernama Natly, Linzy, Vanilla, Angela, GC, Mezty dan PJ.

Sejarah 7Icons dimulai dari pertemanan mereka di 3 kota besar, yaitu Surabaya (A Tee, Vanilla, PJ, Natly), Jakarta (Linzy, GC) dan Bandung (Mezty).  Adalah Angela Tee (A Tee) yang melontarkan ide untuk membuat girlband yang disambut dengan semangat “girl power” dengan berangkat menuju Jakarta dan membeli apartemen yang dijadikan basecamp mereka dan tinggal bareng disana (hingga saat ini). Tanggal 28 Oktober 2010 menjadi tanggal kelahiran debut mereka di blantika musik nasional, meskipun mereka pernah ditolak dan bahkan pernah 1 (satu) buah telur di bagi 7.  (kok mirip titian rambut dibelah 7, yah ... ).

Meskipun demikian keyakinan mereka untuk mewujudkan mimpi lebih tinggi dari rintangan yang mereka alami.  Merekapun menjuluki grup mereka sebagai “7 Icons” karena 7 merupakan angka sempurna bagi mereka serta memiliki arti dan tujuan.  Sedangkan Icons merupakan pelopor/icon/tanda, sehingga jadilah 7 Icons itu berarti mereka semua mempunyai tujuan untuk menjadi icons di dalam bentuk apapun.  Bahkan komunitas fans mereka pun disebut Iconia.

Dasar pertemanan mereka berangkat dari pekerjaan yang memang saling terkait, yaitu PJ (Fashion Designer), A Ttee (Fashion Designer), Natly (Dancer, Fashion Designer), Vanila (Model), GC (Guru Bahasa Inggris, Model), Linzy (Mahasiswi, Model) sert Mezty (Mahasiswi, Model, DJ) ternyata makin merekatkan idealisme dan cita-cita mereka.  Mereka bahkan masih sempat mendesign baju panggung untuk mereka sendiri di tengah berbagai kesibukan.

Mereka baru naik daun setelah bermain dalam sinetron Korea wannabe yang berjudul Go Go Girls di sebuah station TV swaasta.  Debut lagu “Playboy” memang menandakan era grup musik atau girlband kembali bergaung di tanah air setelah sekian lama absen.

Di atas panggung memang Linzy lebih menonjol di mata penonton dibandingkan 6 Icons lainnya karena memang bagaimanapun akan selalu ada “leader” baik formal maupun informal di atas apapun.  Koreografi 7 Icons yang memadukan lenggak lenggok para gadis muda, menyatukan kegenitan sektoral mereka menjadi paduan yang apik ditonton.

Warna-warni baju panggung mereka yang seolah “tabrakan” alih-alih menjatuhkan penampilan, malah menjadikan cahaya pelangi yang saling berkolaborasi untuk memuaskan penglihatan, pendengaran maupun perasaan para penikmat.

Semua kombinasi diatas telah menjadikan 7 Icons benar-benar sebuah Icon yang membuat orang mau meluangkan waktu untuk – minimal – tertarik pada penampilan panggung mereka, terlepas dari suka atau tidak suka pada corak warna musik mereka.

Dari segi hitungan bisnis, tidaklah berlebihan jika pepatah “ada gula ada semut” pun berlaku.  Ada penampilan, ada penghasilan.  Karena memang di tengah gempuran era digital, selain RBT, lahan live performance merupakan salah satu cara para penampil mengumpulkan nafkahnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, suatu hari, semangat “girl power” itu pun akan berubah dengan sendirinya menjadi “ladies power” dengan adanya tuntutan diri lebih tinggi dan adalah suatu kenyataan jika akhirnya 7 Icons pun akan “mundur” dari singgasananya sekarang untuk memberikan tempat kepada pendatang baru setelah mereka. 

Namun saat ini, biarlah mereka menikmati kerja kerasnya sekarang dan kalaupun mereka akhirnya benar-benar “mundur” dari dunia panggung, tetaplah mereka 7 Icons yang telah menorehkan sesuatu di masanya yang tidak akan terhapus oleh alasan apapun.

Terus, apakah hubungannya 7 Icons dengan perkembangan Logistik di Indonesia?  Ada baiknya para stakeholder Logistik Indonesia berkaca dari langkah mereka yang secara sederhana dapatlah di ringkaskan sebagai berikut.

1.  Mimpi, idealis dan semangat
Berbekal mimpi, idealis dan semangat yang sama, berangkatlah para 7 Icons dari tiga kota yang berbeda.  Demikianlah seharusnya para stakeholder Logistik Indonesia untuk mempunyai ruang akan mimpi, idealis dan semangat untuk mewujudkan keadilan Logistik bagi seluruh rakyat Indonesia.  Adalah kenyataan bahwa krisis Ekonomi (baca: krisis Logistik) di penghujung tahun 1998 masih belum terselesaikan jika tidak mempunyai mimpi, idealis dan semangat yang sama.

2.  Pelopor
Jika Angela Tee (A Tee) tidak berinisiatif menjadi pelopor untuk mengumpulkan 6 Icons lainnya, barangkali cerita sukses 7 Icons hanya menjadi angan-angan belaka.  Demikian jika tidak ada pelopor di antara para stakeholder Logistik Indonesia, barangkali memiliki Sistim Logistik Nasional yang mumpuni hanyalah semu.

3.  Pemimpin
Benar memang jika Angela Tee (A Tee) yang mempelopori 7 Icons, tapi lihatlah kenyataan bahwa Linzy lebih “menguasai” panggung dibanding Icons lainnya.  Akan tetapi, hal ini seharusnya tidaklah menjadi halangan bahkan bukan sesuatu yang akan menyurutkan semangat karena sejarah akan mencatat apa adanya.  Siapakah yang paling pantas menjadi “pemimpin” di atas panggung Logistik Indonesia.  Biarkan sajalah, karena memang selalu akan ada hal seperti itu.  Yang terpenting adalah hidupnya terus mimpi, idealis dan semangat para stakeholder Logistik Indonesia.

4.  Basecamp
7 Icons meninggalkan kenyamanan rumah masing-masing untuk melebur ego dan membentuk identitas bersama di sebuah basecamp tempat mereka tinggal bersama.  Adalah suatu ide bagus bagi para stakeholder Logistik Indonesia untuk memilih sebuah “basecamp” dengan meninggalkan “kenyamanan sektoral masing-masing” dan menjadikan basecamp tersebut sebagai tempat melebur ego dan membentuk identitas bersama.

5.  Design Baju Sendiri
Dengan berbagai alasan, salah satunya yang saya yakini, adalah biaya, 7 Icons mencoba merancang baju panggung mereka sendiri.  Siapakah yang paling mengerti keadaan content Logistik Indonesia kalau bukan para stakeholdernya.  Wahai, para stakeholder, rancanglah design bajumu sendiri.

6.  Kegenitan Lintas Sektoral dan Warna Warni
Ke 7 Icons tersebut mempunyai kegenitan sektoral yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.  Apa jadinya jika semua kegenitan sektoral tersebut bersinergi membentuk kegenitan lintas sektoral bagi semua stakeholder Logistik Indonesia?  Siapa yang tidak tahan, minimal, untuk melirik performance panggung anda yang penuh dengan warna-warni, wahai para stakeholder.

7.  Komunitas
Kepada siapa 7 Icons mencurahkan segala effort terbaiknya, kalau bukan kepada komunitas para fansnya yang bernama Iconia.  Kepada siapa para stakeholder Logistik Indonesia mencurahkan segala effort terbaiknya, kalau bukan kepada komunitas para fansnya yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8.   Ada Gula ada Semut
Ada aksi ada reaksi.  Ada penampil ada penikmat.  Ada penikmat ada pemasukan.  Ada gula ada semut.  Ada ships ada trade.  Ada trade ada bisnis.  Ada bisnis ada Logistik. 

9.  Waktu Yang Tepat dan Terus Berkarya
7 Icons masuk di saat yang tepat, disaat penikmat membutuhkan sesuatu yang baru dan mereka terus konsisten berkarya yang terbaik untuk penikmatnya.  Saat ini adalah saat yang paling tepat untuk mengembangkan Logistik Nasional karena para penikmatnya sudah tidak sabar untuk melihat penampil menggelar karya Logistik nya dengan harapan terus berkarya yang terbaik bagi kepuasan penikmatnya.

Sebagai penutup, bagaimana jika ternyata para stakeholder Logistik Indonesia yang telah mempunyai mimpi, idealisme, semangat dan semuanya ternyata tidak sempat menyaksikan apa yang telah diusahakannya.  . 

Tidak usah pusing.  Saat ini, biarlah para stakeholder Logistik Indonesia  terus menorehkan sesuatu di masanya yang tidak akan terhapus oleh alasan apapun. 

P-L-A-Y-B-O-Y-B-O-Y ...
P-L-A-Y-B-O-Y-B-O-Y ...


Salam Logistik dan Supply Chain,
R. Didiet Rachmat Hidayat, A.Md, SE, M.Si
Peminat Logistik
e-mail/YM/FB/Twitter/Skype: didiet.hidayat@yahoo.com  

Ps:   Tulisan ini telah dimuat dalam Bahasa Inggris dalam majalah Indonesia Shipping Gazette edisi November 2011 dan terinspirasi oleh banyak diskusi dan percakapan di The 6th Indonesia Supply Chain Logistics – Conference and Expo (ISCL) 2011 tanggal 2-4 November 2011 yang diadakan oleh ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarders Indonesia d/h GAFEKSI) bekerjasama dengan ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) serta dari penampilan 7 Icons di Metropolitan Mall Bekasi tanggal 6 November 2011.