Meskipun Indonesia merupakan negara dengan potensi pasar halal
tertinggi di dunia, lantaran memiliki persentase umat muslim sekitar 12,5
persen dari populasi di seluruh dunia, namun belum banyak industri di Tanah Air
yang melirik kans bisnis dengan standardisasi halal ini.
Bukan hanya makanan, konsumen di
dunia saat ini menginginkan kosmetik hingga produk farmasi yang sudah
bersertifikat halal. Berdasarkan survei yang dilakukan Thomson Reuters di tahun
2015, permintaan terhadap tiga kategori produk tadi (makanan, kosmetik,
farmasi) terbilang sangat tinggi. Bahkan diprediksi pada 2019 nanti pasar
makanan halal akan bernilai US$ 2,537 miliar, pasar kosmetik halal menjadi US$
73 miliar, serta kebutuhan farmasi halal sebesar US$ 103 miliar.
Menurut Didiet Rachmat Hidayat,
Peneliti Transportasi dan Logistik dari Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi
(STMT) Trisakti, kebutuhan konsumen internasional saat ini sudah bergeser pada
segala produk yang dianggap halal termasuk aspek logistik halal (Halal Supply
Chain) di dalamnya.
“Di Belanda saja mereka sudah
menerapkan cara pemotongan ayam dengan sistem halal termasuk pengepakannya.
Mereka sudah melakukan riset secara ilmiah, bahwa konsumen di luar Belanda yang
sangat menyukai ayam mayoritas muslim. Berdasarkan hasil riset itulah, ayam
potong di Belanda dipotong dengan cara yang halal agar dapat diekspor ke
negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim pakai sistem halal supply
chain,” papar Didiet kepada TruckMagz di kantornya, Selasa (2/Feb).
Permasalahan di Indonesia dengan
potensi pasar halal ini, lanjut Didiet, saat ini masih terbentur pada wacana
saja. “Kita masih sebatas awareness belum berani action, padahal di negara
non-muslim sendiri pun sudah menerapkan halal supply chain ini, karena buat
saya semua bisnis itu agama-nya sama,” cetus Didiet.
Kondisi ini jika tidak disikapi
dengan bijak tentunya akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai penonton di
negerinya sendiri, terlebih dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di
2016 ini, yang bukan hanya pengusaha muslim saja namun sudah diramaikan oleh
masyarakat internasional yang beragama non-muslim.
Sebelumnya, Dr Marco Tieman, CEO
dari LBB Internasional yang bergerak di bidang konsultan dan peneliti logistik
dan riset perusahaan yang fokus pada rantai pasokan (supply chain) pangan dan
pertanian, logistik industri dan third party logistics, menegaskan bahwa
industry halal ini tidak hanya menyangkut kandungan produk atau bahan
makanannya saja, namun terkait juga dengan sistem rantai pasok (supply chain)
halal.
Tieman mengatakan bahwa proses
pengawasan halal harus terintegrasi dari hulu ke hilir. Mencakup produknya itu
sendiri, pengolahan, distribusi logistik ke konsumen akhir, termasuk dalam hal
penyimpanan (storage) serta distribusi logistik yang harus memenuhi aspek
halal.
Teks dan Foto : Antonius S
No comments:
Post a Comment